Popular Posts Today

Diberdayakan oleh Blogger.

Mencari Penyebab Tenggelamnya Titanic

Written By Unknown on Rabu, 07 Maret 2012 | 05.26

Mencari Penyebab Tenggelamnya Titanic Satu abad setelah bencana  Titanic, beberapa ilmuwan telah menemukan "pelaku yang tak terduga" atas tenggelamnya kapal itu. Si tersangka itu adalah Bulan.
Konfigurasi ini memaksimalkan kekuatan pasang naik oleh Bulan di semua samudra Bumi. Itu luar biasa.

Setiap orang yang mengetahui sejarah atau telah melihat film blockbuster mengenai kapal tersebut tahu bahwa penyebab kecelakaan kapal trans-Atlantik itu 100 tahun lalu adalah kapal menabrak gunung es.

"Namun, hubungan Bulan mungkin menjelaskan bagaimana sangat banyak gunung es berada di jalur Titanic," kata Donald Olson, ahli fisika di Texas State University yang tim ahli astronomi forensiknya meneliti peran Bulan.

Sejak Titanic tenggelam saat dini hari 15 April 1912, dan menewaskan 1.517 orang, para ilmuwan telah bertanya-tanya mengapa Kapten Edward Smith tampaknya mengabaikan peringatan bahwa gunung es berada di daerah tempat kapal itu berlayar.

Smith adalah kapten paling berpengalaman di White Star Liner dan telah berulangkali berlayar serta menjelajahi jalur laut Atlantik Utara. Ia telah diberi tugas untuk memimpin pelayaran perdana Titanic, karena ia adalah pelaut yang hati-hati dan punya pengetahuan.

Gunung es Greenland dengan jenis yang ditabrak Titanic biasanya terpancang di perairan dangkal Labrador dan Newfounland. "Karena besarnya, gunung es itu tak bisa terus bergerak ke arah utara sampai cukup mencair dan bisa mengapung lagi atau air pasang tinggi membebaskannya," kata Olson.

Jadi bagaimana demikian banyak gunung es telah mengambang sampai jauh ke selatan, sehingga gunung es tersebut bisa berada di jalur pelayaran di sebelah selatan Newfoundland pada malam itu?

Tim tersebut menyelidiki spekulasi oleh ahli oseanografi mendiang Fergus Wood bahwa sangat dekatnya Bulan pada Januari 1912 mungkin telah menimbulkan air pasang naik yang tinggi, sehingga lebih banyak gunung es daripada biasanya terpisah dari Greenland. Gunung es itu kemudian mengambang dan masih bertambah besar ke jalur pelayaran yang telah dipindah ke selatan akibat laporan mengenai gunung es.

Olson mengatakan, peristiwa "satu kali seumur hidup" terjadi pada 4 Januari 1912, ketika Bulan dan Matahari sedemikian rupa berada di jalur yang membuat daya tarik mereka saling memperkuat. Demikian laporan Reuters seperti dikutip ANTARA di Jakarta, Rabu pagi ini.

Pada saat yang sama, Bulan berada pada jarak paling dekat dengan Bumi pada Januari itu --paling dekat dalam 1.400 tahun, dan peristiwa paling dekat tersebut terjadi dalam waktu enam menit Bulan purnama.

Di atas semua itu, Bumi juga berada pada jarak paling dekat dengan Matahari dalam satu tahun, sehari sebelumnya. "Konfigurasi ini memaksimalkan kekuatan pasang naik oleh Bulan di semua samudra Bumi," kata Olson. "Itu luar biasa."

Penelitian Olson menetapkan bahwa untuk sampai di jalur pelayaran pada pertengahan April, gunung es tersebut --yang ditabrak Titanic-- harus terpisah dari Greenland pada Januari 1912. "Gelombang pasang naik air laut yang disebabkan oleh gabungan aneh peristiwa astronomi itu mestinya cukup untuk melepaskan gunung es dan memberinya cukup kemampuan untuk mengapung dan mencapai jalur pelayaran pada April," katanya.

Tim Olson telah berusaha menggunakan pola gelombang untuk menetapkan secara pasti kapan Julius Caesar menyerbu Inggris dan membuktikan legenda bahwa Mary Selley diilhami oleh cahaya Bulan purnama melalui jendelanya untuk menulis kisah klasik Frankenstein.

Penelitian tim tersebut mengenai Titanic mungkin telah mendukung pendapat Kapten Smith --walaupun terlambat satu abad-- dengan memperlihatkan bahwa ia memiliki alasan kuat untuk bereaksi sedemikian tenang mengenai laporan tentang es di jalur pelayaran.

"Ia (Smith) tak memiliki alasan pada saat itu untuk percaya bahwa bongkahan es yang ia hadapi sangat banyak dan sangat besar, kata Olson. "Di dalam istilah astronomi, keanehan dari semua variabel ini  adalah, yah, astronomikal," katanya.
05.26 | 0 komentar | Read More

Layanan Tradisional di Rumah Sakit

Written By Unknown on Selasa, 06 Maret 2012 | 08.10

Layanan Tradisional di Rumah Sakit  Meskipun  55 persen penduduk Indonesia menggunakan ramuan tradisional  untuk memelihara kesehatannya, dan sebesar 96 persen mengakui ramuan tradisional yang digunakan sangat bermanfaat bagi kesehatan namun hingga saat ini baru sedikit rumah sakit atau dokter yang mau memadukan layanan herbal dengan kedokteran modern.

Padahal, amanat UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa pelayanan tradisional masuk sebagai bahagian dari 17 pelayanan kesehatan.
"Memadukan pelayanan kesehatan yang konvensional dan tradisional di rumah sakit bukanlah perkara mudah," ucap Dr. Slamet Riyadi Yuwono, selaku Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, saat acara temu media, di Gedung Kementerian Kesehatan, Jumat (2/3/2012).

Slamet mengatakan, diperlukan sebuah diskusi yang panjang untuk dapat memadukan pelayanan kesehatan tradisional di dalam rumah sakit terutama kepada para guru besar dan dokter.  "Karena mereka sudah bertahun-tahun ilmunya diajari dengan evidence based, sehingga untuk menerimanya butuh upaya pembuktian ilmiah supaya bisa diterima oleh kaum ilmuwan," tambahnya.

Sementara itu Dr. Abidinsyah Siregar, Direktur Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA mengungkapkan bahwa tidak sulit sebenarnya untuk mengintegrasikan pelayanan kesehatan tradisional di seluruh tingkat fasilitas layanan kesehatan.

"Kita cuma butuh waktu antara lain perlu sosialisasi dan penjelasan bahwa ini sudah diamanatkan Undang-undang. Kalau sudah diamanatkan Undang-undang kan berarti sudah permintaan masyarakat dan harus disediakan," jelasnya.

Integrasi pelayanan diartikan sebagai penggabungan sebagian atau seluruh aspek pengobatan tradisional yang akan memberikan manfaat atau khasiat pengobatan yang lebih baik (sebagai komplementar-alternatif) pada pelayanan kesehatan disemua tingkatan fasilitas kesehatan, termasuk aspek regulasi, pembiayaan, serta kebijakan mengenai penyelenggaraan pelayanan dan obat yang digunakan.

"Dalam rangka penyediaan layanan pengobatan tradisional di seluruh tingkatan fasilitas kesehatan kita harus mulai membangun manajemen, organisasi, melatih tenaga kesehatan, menyusun norma, standar, pedoman dan regulasi. Inilah yang memakan waktu," ungkapnya.

Abidinsyah melanjutkan, jika pelayanan kesehatan tradisional sudah dapat diintegrasikan ke seluruh tingkatan fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit atau puskesmas), maka penegakkan diagnosa tetap harus dilakukan secara konvensional. Misalnya dengan pemeriksaan darah di laboratorium.

Tetapi perbedaannya, pilihan terapi yang diberikan dokter bisa beragam yakni dapat berupa konvensional saja, konvensional plus komplementer atau murni alternatif.

"Terapi dapat diberikan oleh dokter yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan tenaga kesehatan yang mendapat pelatihan khusus di bidang tradisional komplementer," ucapnya.

Abidin menambahkan, meski kini pelajaran tentang herbal sudah di masukkan ke dalam kurikulum kedokteran, tetapi hal tersebut dianggapnya masih belum cukup. "Pengajaran di fakultas kedokteran tidak menjelaskan cukup banyak tentang herbal. Oleh karena itu kita berharap, para dekan di Indonesia mendorong supaya materi pengajaran soal herbal ditambah," tutupnya.
08.10 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger